Killing Party

tempat saya membackup ide dalam kepala

Wednesday, June 29, 2011

will code

Friday, June 03, 2011

bahagia

dulu saya punya teman. seorang yang lebih tua beberapa tahun yang saya panggil om
si om ini kaya dan royal. dan setia kawan juga. dia penyuka olah raga tinju dan olah raga keras lainnya. dulu jamannya 'gelar tinju indosiar' sedang semarak2nya, dia selalu hadir menonton. di bangku vip, pinggir ring persis. saya sudah sebutkan itu bangku vip ya? bangku paling mahal? dan di tiap malam pertandingan dia selalu hadir. saat saya hanya menonton di layar kaca saja saat itu.

dan di beberapa tahun berikutnya olah raga tarung bebas ala UFC hadir di indonesia. tentu saja dia selalu menontonnya. makin berdarah makin yahud! begitu kata dia. saya tidak tahu untuk event ini dia masih duduk di bangku vip apa tidak, tapi dia selalu hadir di acara untuk menonton live. saat saya menonton di layar kaca.

itu semua jauh hari sebelum saya kenal dia. suatu hari di beberapa tahun berikutnya, saat saya sudah kenal dia, kami mendengar akan ada event tarung bebas skala internasional di bali. beberapa jagoan tarung bebas indonesia (semua jagoan dia, yang merupakan alumni acara tarung bebas lokal yang saya sebutkan sebelumnya) akan bertarung melawan petarung luar negeri. jagoan kickboxing dari thailand, grapplers+mix martial artists dari eropa dan asia akan diadu dengan jagoan2 indonesia. tentu saja dia tertarik untuk hadir menonton. bagaimana kita bisa tahu dengan mudah soal itu ya?

eniwey, dia menawari saya untuk menemaninya saat itu. "ayo bro, kita ke bali! jangan pikirkan tiket pesawat, makan nginep di sono dan tiket masuk menonton pertandingannya!" saya sudah duga tawaran 'jangan pikirkan' tsb saat mendengar dia mengajak saya nonton. sebagai informasi, tiket menonton pertandingannya saja kalau tidak salah seharga 750rb rupiah saat itu. dan kebetulan saya juga suka acara tonjok2an itu! dan ada jagoan indonesia yang akan main yang saya kenal pribadi dengannya (dia bener2 tukang brantem yang sangat2 skillful). pendek kata, acara mahal, saya suka, saya pengen nonton, dan dibayari!! dan di bali lagi. saya hanya perlu bawa badan saja untuk itu.

* * *

kesimpulan saya setelah menonton pertandingan tersebut dan saat pulang lagi ke jakarta adalah : saya tidak bahagia hadir menemani dia nonton acara (mahal) meskipun itu acara yang saya suka.

hebat ya? saat itu saya ingat sekali, saya merasa mampu meresapi makna 'duit tidak bisa membeli kebahagiaan'. (kira2in aja totalnya saya dibiayain berapa untuk itu)

* * *

2011. saya membangun karir (cieh) saya kembali di bidang information technology. saya berkecimpung di bidang programming lagi.

saya ingat, 1-1.5 tahun yang lalu saya pernah ada di perusahaan dengan skala bisnis sebesar ini (tapi berbeda line businessnya), dan bekerja juga tentunya sebagai programmer. kebetulan gaji yang saya terima tahun itu lebih besar dari saat ini. (kerja dengan gaji lebih kecil dari jaman dulu? big nono jika bapak saya denger).

dan saya ingat bagaimana perasaan saat itu dibanding dengan perasaan yang saya miliki detik ini. yang saya coba formulasikan sejak tadi siang di kantor.

saat 1.5 tahun yang lalu, tiap pulang kerja menggerutu (omg!), badan letih, langsung rebahan, bangun pagi hari loyo. saya ingat saat itu idealisme saya berkata : saya harus keluar dan tegakkan prinsip. tapi saya coba bermain sebagai profesional : saya masih doyan duitnya. dan sebagai pro, saya tidak boleh mencampuradukkan penilaian personal saya di pekerjaan. saya di pekerjaan adalah diri saya yang lain.

dan untuk saat ini, di kehidupan saya yang mayoritas ada di kantor (selebihnya seingat saya di kasur, molor) saya suka role pekerjaan saya. saya suka dinamikanya. saya suka bosnya. saya suka timnya. saya suka nilai2 perusahaannya. saya suka apa yang mungkin dimaksud ama orang bule 'ada kupu2 di perut'. dia membuat badan saya selalu merasa hangat bersemangat! saya baru saja ingat dan mengingatkan diri sendiri, bahwa ini bukan tentang kantor secara khusus. ini tentang hari-hari saya saat ini secara umum!

saya hepi. benar2 hepi saat ini. perbandingan biner 'saat lalu vs saat sekarang' saya ini, dengan segala perasaan di dalamnya selalu melemparkan saya ke masa lalu 'nonton bareng live vs tidak nonton'..

* * *

saya tidak mau naif, dan memakan bulat2 petuah2 agung yang lahir dari perenungan orang-orang di bukit dan dibagikan dalam buku2 self help ala 'chicken soup for soul' dsb, tapi saya rasa saya punya spritualisme saya sendiri terhadap apa yang disebut kebahagiaan. hidup dengan lingkungan positif, supportif, kawan2 independen, selevel di hal duniawi dan spiritual sehingga tidak terlalu banyak buang energi. otak, hati, dan jasmani selaras (mikir kerjaan sambil dengerin musik yang di suka, after office hour bisa maen sepeda or skateboarding), dan selalu diumpan tantangan.

* * *

agak susah memformulasikan hal abstrak dalam perut yang saya rasakan saat ini. mungkin itu adanya.. tapi saya cuma mikir : apakah saya begitu takutnya bahwa 'money is ruling my life'? ruling everyone's life? saya tidak menemukan tempat untuknya di formulasi hepi saya.