Killing Party

tempat saya membackup ide dalam kepala

Friday, December 24, 2010

skor 2-0 untuk indonesia di final leg 1

5-1 untuk indonesia, itu sudah terjadi di penyisihan.

di final gonzales dikawal 3 orang, okto 2 orang. firman utina leluasa bermain di tengah dan bikin gol tendangan jarak jauh. tandem gonzales, kalo nggak yongki kalo ga bachdim bikin gol juga.
skor akhir leg 1 adalah 2-0 untuk indonesia.

pemain malaysia akan banyak yang cidera kram karena tidak biasa main cepat ala indonesia.

ketakutan akan tidak merdeka

untuk orang yang semau gue, kemerdekaan untuk melakukan sesuatu, memikirkan sesuatu, dan memilih sesuatu adalah yang utama.

saya tidak merasa bahwa saya tipe orang semau gue seperti saya sebut di atas. tapi saya sadar saya memiliki fobia akan tidak merdeka. claustrophobia akannya. dada saya jadi sesak, kepala pening tertekan, dan mata berasa perih. otot dan persendian jadi linu dan kaku. fobia ini benar-benar menekan saya.

seharusnya untuk orang yang benar2 merdeka, ketakutan semacam ini semestinya tidak diijinkan untuk muncul. bukan tidak diijinkan, bahkan dia tidak kenal rasa semacam ini. yah, bisa saya sebut saya ini merdeka wannabe.

seperti orang yang tidak suka dicolek, saya berpendapat obat yang bagus untuk mereka adalah ditabok sekalian. biar tau sebenernya colekan itu ga ada apa2nya dan mereka bisa menghargai apa yang terjadi sehari2 pada mereka. ya, saya berpikir seharusnya terapi semacam itu juga yang mustinya saya lakukan. saya merid, saya lengkapi interior kos (gimana kalo pindahan nantiiii? ini colekan pakai golok..saya teriris dikit), dan saya pergi kerja rutin (meskipun saya bisa mengerjakan pekerjaan tsb di rumah. bos mengijinkan saya untuk itu). tapi terapi itu sepertinya kurang. ibarat kuman di tubuh yang diberi antibiotik dosis sedang, mereka jadi lebih imun dan liar. begitu juga saya. 'tabokan' semacam ini cuma bikin jadi kebal buat saya, dan rasa yang mirip akan kembali muncul saat ada lagi tabokan2 lain yang lebih raksasa datang menghampiri. saya bisa pada state melepas semua sifat imun artifisial (akhirnya saya sebut artifisial karena itu bukan hakikat keimunan saya. terbukti saya masih terjangkiti rasa yang serupa) dan pasrah tanpa pernah memikirkan akan mendarat dimana dan kapan tabokan paling keras yang akan hinggap di tubuh saya.

pilihan pasrah akan tabokan yang akan mendarat itu bisa di posisi ekstrim kiri atau ekstrim kanan : mengikatkan diri di level ketidakmerdekaan yang paling absolut yang bisa saya pikirikan, atau membebaskan makna kemerdekaan itu sendiri. apa saya daftar pns saja ya? apa saya jadi pertapa saja? apa saya jadi ustadz dan dai saja sehingga norma dan nilai agama dan imaji di masyarakat akan orang saleh membelenggu saya sehingga saya jadi tidak berkutik? ubah kelamin?

ah saya ada ide. siang ini saya cari tiket kereta ke jogja dan saya mau jalan keliling benteng. cari inspirasi.

Saturday, December 18, 2010

you scratch my back and i’ll scratch yours

di dunia marketing web 2.0 manusia tetap berinteraksi dengan hukum alam klasik seperti yang dipercaya oleh para socio-darwinian : mereka melakukan reciprocal altruism.

saya pasang banner di suatu tempat, dan imbal baliknya banner mereka harus saya pasang di tempat saya.

begitu juga para marketer di facebook. kombinasi antara descartesism ‘i spam therefore i am’ dan socio-darwinism ‘you scratch my back and i’ll scratch yours’ : saya di tag orang, maka orang itu akan membiarkan dirinya saya tag. yang menghapus tag? dia akan merasakan akibatnya tag mereka dihapus juga.

siapa yang akan menang untuk hal ini? mereka atau saya? entahlah. tapi yang jelas alam telah mengajarkan bahwa yang akan kalah adalah yang ga bisa mengikuti hukum alam

Friday, December 10, 2010

sby bermain paradox

memaksakan demokrasi. itu paradox-nya

Wednesday, December 01, 2010

Apa yang akan tertulis di nisanmu kelak

sisa pembicaraan lama di forum diskusi dulu.
"apa yang akan tertulis di nisanmu kelak.."

saya jawab begini :

'akhirnya mampus juga..'
'leon the great'
'ingatlah kisah si mataleo: tidak ada manusia yang sempurna'

maklum, satu megalomaniak baru saja wafat. semoga bisa jadi pembelajaran buat anak cucu.


haha lucu juga saat jaman saya masih megalomaniak dulu!