metode penalaran induktif dan deduktif : bagaimana cara mengambil kesimpulan yang taat asas
kemarin hari tidak sengaja berkunjung ke sebuah blog bagus, yang pasti dihasilkan dari otak yang bagus, dimana saya kritik cara penalaran yang dipakai olehnya dengan cara pengandaian. ada kelemahan mendasar dari penalaran yang ia gunakan, yang saya rasa ia menggunakan cara induktif untuk menyimpulkan suatu masalah. dan kesimpulannya hendak diaplikasikan kepada kasus lain.
penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar. (1)
contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata
penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik. (2)
kembali ke blog yang bagus yang telah disebutkan di atas, meski ia tidak menyimpulkan apapun secara eksplisit dari kasus yang diangkatnya, tetapi arah dari penalarannya jelas buat saya (?), premisnya adalah karena penangkapan dan penyiksaanlah zawahiri menjadi seorang teroris radikal. dan kesimpulan yang ditarik adalah seseorang baik2 (yang lurus karena background keluarga yang baik) akan berpeluang besar menjadi radikal jika ditangkap dan disiksa.
penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh, penulis blog ingin tahu apakah kesimpulan tersebut berlaku jika diaplikasikan kepada pihak lain, dalam hal ini kepada ulil.
memang semangat dari post blog tersebut mengajak untuk empati dan melihat sesuatu jangan dari luarnya saja, kita harus pelajari latar belakang dari sebuah kasus. tapi yang menjadi minat saya adalah memang bagaimana cara dia menarik kesimpulan dari contoh kasus yang diangkat.
alasan ia untuk mengajak empati tersebut kurang kuat buat saya, sehingga ajakannya pun bisa gugur.
berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan
:. anjing punya mata
* * *
dan akhirnya saya keluar dari konteks bahasan di atas, untuk kata 'andaikata', sebuah kata yang membangkitkan imajinasi liar, yang tidak ada benar/salah, sepakat/tidak-sepakat untuk jawaban yang di hasilkan, saya tidak pernah mengapresiasikannya untuk berwacana dalam sebuah diskusi. tapi dipikir2 kata tersebut saya rasa cocok untuk mencari inspirasi di bidang seni dan kreativitas..
pustaka :
1. Bakhtiar, Amsal, Prof. Dr. , Filsafat Ilmu, Rajawali Press, Jakarta, 2004
2. ibid
penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar. (1)
contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata
penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik. (2)
kembali ke blog yang bagus yang telah disebutkan di atas, meski ia tidak menyimpulkan apapun secara eksplisit dari kasus yang diangkatnya, tetapi arah dari penalarannya jelas buat saya (?), premisnya adalah karena penangkapan dan penyiksaanlah zawahiri menjadi seorang teroris radikal. dan kesimpulan yang ditarik adalah seseorang baik2 (yang lurus karena background keluarga yang baik) akan berpeluang besar menjadi radikal jika ditangkap dan disiksa.
penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh, penulis blog ingin tahu apakah kesimpulan tersebut berlaku jika diaplikasikan kepada pihak lain, dalam hal ini kepada ulil.
memang semangat dari post blog tersebut mengajak untuk empati dan melihat sesuatu jangan dari luarnya saja, kita harus pelajari latar belakang dari sebuah kasus. tapi yang menjadi minat saya adalah memang bagaimana cara dia menarik kesimpulan dari contoh kasus yang diangkat.
alasan ia untuk mengajak empati tersebut kurang kuat buat saya, sehingga ajakannya pun bisa gugur.
berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan
:. anjing punya mata
* * *
dan akhirnya saya keluar dari konteks bahasan di atas, untuk kata 'andaikata', sebuah kata yang membangkitkan imajinasi liar, yang tidak ada benar/salah, sepakat/tidak-sepakat untuk jawaban yang di hasilkan, saya tidak pernah mengapresiasikannya untuk berwacana dalam sebuah diskusi. tapi dipikir2 kata tersebut saya rasa cocok untuk mencari inspirasi di bidang seni dan kreativitas..
pustaka :
1. Bakhtiar, Amsal, Prof. Dr. , Filsafat Ilmu, Rajawali Press, Jakarta, 2004
2. ibid