Killing Party

tempat saya membackup ide dalam kepala

Wednesday, February 13, 2008

asumsi kills

sebuah asumsi itu menjadi kuat karena didukung fakta. menurut saya ini paradoks : asumsi lahir karena adanya fakta pendukung, tapi sebenarnya fakta di lapangan yang terlihat adalah dihasilkan dari asumsi-asumsi yang sudah ada duluan tersebut.

kita hanya melihat apa yang hanya kita ingin lihat. mas gilbert yang bilang itu. saya belum baca buku the secret, tapi katanya buku tersebut juga sepakat dengan hal itu.

asumsi meskipun sederhana tapi bisa menggiring kita jauh dari hal objektif yang sebenarnya ada dengan sudut pelencengan yang bisa besar (secara kualitatif).

dengan fakta yang ada, saya diasumsikan sebagai katakanlah, suhartois. tahan dulu, istilah suhartois ini pun jangan diasumsikan (lagi) kepada apapun dulu. suhartois lebih baik kita anggap sebuah kata tanpa nilai apapun jg. fakta bahwa saya suhartois adalah karena saya 'membela' seorang suhartois yang lain. juga fakta bahwa saya mengibarkan bendera setengah tiang saat suharto meninggal. dan saya tidak ikut-ikutan menghujat suharto karena hal2 yang dilakukannya yang menurut nilai beberapa orang negatif.

asumsi ini terasa sangat kuat dan legal. karena tentu saja ada fakta-fakta kuat dibelakang yang mendukungnya.

apa memang benar demikian? mungkin tidak kalo kira2 asumsi tersebutlah yang memaksa fakta2 pendukung..dan yang hanya mendukung, itu jadi bermunculan dengan sendirinya?

asumsi bahkan tidak bisa mengalah meski fakta2 yang masuk akal untuk mendukungnya tidak tersedia. kita masih memaksa untuk mencari fakta untuk mendukung asumsi kita.. meski kita sebut diri kita orang yang objektif, tidak diskriminatif, dan berpikiran terbuka.

ada satu cerita yang cukup menampar saya, seseorang yang mengaku bebas nilai, berpikiran terbuka, dan jauh dari sifat diskriminatif. karena terbukti dengan asumsi saya, dan cerita ini tidak mendukung fakta2 yang memperkuat asumsi saya (jangankan fakta2 tsb 'bermunculan' dengan sendirinya, fakta itu dipaksa keluar jg tidak keluar2 jg), saya lantas menyalahkan cerita ini sebagai cerita ngawur dan supersticious murahan.

ini ceritanya :
Ada seorang ayah dan anaknya suatu hari pergi ke luar kota. di perjalanan, mobil mereka mengalami kecelakaan. si ayah meninggal, dan si anak mengalami cedera yang cukup parah. si anak dilarikan ke rumah sakit untuk segera menjalani operasi. di ruang operasi, saat dokter masuk, si dokter langsung teriak 'saya tidak bisa mengoperasi anak saya sendiri!'

sekilas klasik. tapi entah kenapa, fakta2 yang ada di cerita tersebut bertentangan. bertentangan dengan apa?

ternyata saya mencari fakta yang mendukung asumsi saya bahwa semua dokter itu berbentuk pria. asumsi ini tidak mau mundur mengalah sehingga penjelasan saya berhubungan dengan mistik roh dsb. saya terkejut saat tahu bahwa cerita ini cukup menipu hampir tiap teman 'intelektual' yang saya miliki. bahkan teman yang getol dengan isu kesetaraan gender.

kita tidak pernah bisa memaksa asumsi untuk mengalah, jika memang kita tidak menginginkannya. dan fakta2 bahwa 'saya tidak menyatakan dengan tegas bahwa saya suhartois', bahwa 98-99 saya secara moral juga mendukung kawan2 aktivis untuk turunkan suharto, dan bahwa setiap baca koran saya gembira jika kroni2 suharto dipenjara, fakta-fakta itu tidak akan pernah bermunculan dengan sendirinya tentu saja.

bahkan fakta tersebut mungkin jg tidak akan muncul jg meski sudah dipaksa. tahan dulu, bahkan ia pun bisa tidak akan dianggap meski ia sudah berhasil muncul. ia akan diabaikan saja dengan penjelasan lain.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home